Setannya Kok Masih Ada - Review

Bookmark and Share


Siapa sangka salah satu film horor Indonesia yang dirilis tahun 2008 berjudul 'Setannya Kok Beneran?' menuai kesuksesan yang cukup besar.
Film yang didanai dengan bujet minim tersebut kabarnya ditonton oleh lebih dari 350 ribu penonton. Maka, seperti juga yang menjadi tradisi di perfilman di belahan dunia manapun, sukses sebuah film akan muncul film lanjutannya (sequel). Ada sequel yang memang berhubungan langsung dengan film pertamanya, tetapi ada juga yang merupakan 'sequel tidak resmi' yang hanya menggunakan jodoh yang mirip.

Film terbaru produksi MVP Pictures yang berjudul 'Setannya Kok Masih Ada?' masuk kategori kedua. Rumah produksi yang berbeda, tetapi ditangani oleh sineas yang sama yaitu Muchyar Syamas, dan dengan judul yang hampir sama pula.

Setannya Kok Masih Ada memiliki kisah yang sangat 'tipis' dan sangat simple.  Dua sahabat, Dedi (Zaky Zimah) dan Beno (Dedi Mahendra Desta), sarjana pengangguran yang kemudian 'terpaksa' menjadi petugas kamar mayat. Mereka kemudian bertemu dengan Maya (Dheryl) yang menawarkan mereka berdua pekerjaan untuk menjaga rumah warisan yang baru saja diberikan oleh kakeknya. Rumah tersebut ternyata berhantu, dan merekapun akhirnya tidak luput dari terror hantu-hantu 'komedi' di rumah ini. Oh, ya, jangan lupa ada tambahan sedikit 'twist' di akhir cerita.

Komedi yang dihadirkan di film ini masih setipe dengan komedi-komedi khas "film horror komedi Indonesia" yang dirilis akhir-akhir ini. Slapstick, joke-joke yang (maunya) lucu, dan tentu saja penampakan hantu yang dieskploitasi habis-habisan untuk tampil komedi.

Hal serupa juga masih ditampilkan oleh akting Zaky Zimah yang juga (masih) sama dan tidak ada perkembangan dari film-film-film horror-nya sebelumnya. Lengkap dengan gaya komedi yang sudah menjadi ciri khasnya selama ini dan joke yang membuat déjà vu, karena sangat familiar dan pernah dihadirkan di filmnya yang lain.
Namun harus diakui, chemistry antara Zaky dan Desta di film ini terasa cukup pas, mungkin karena mereka memang memerankan karakter yang tidak jauh dari karakter mereka di dunia nyata.

Adegan sexy yang biasanya menjadi 'jualan utama' di film sejenis juga tidak terlalu banyak 'diumbar' di film ini. Namun memang ada beberapa adegan sexy yang seperti 'dipaksakan' tampil di layar. Seperti adegan saat tokoh Maya sedang berbicara dengan temannya di kamar, salah satu teman wanitanya yang lain membuka pakaiannya dan berganti baju di sebelahnya. Ehm.. kreatif,  walaupun terasa agak 'maksa'.

Terlepas dari kekurangan soal teknis di sana-sini, penggarapan dari Muchyar Syamas yang masih 'sama', hantu nya yang masih sama, joke nya masih sama, naskah yang monoton, dan 'eksploitasi hantu' yang (maunya) dibuat lucu tapi hasilnya lebih banyak fail, untuk anda yang sekedar ingin haha-hihi di bioskop, mungkin film ini masih cocok anda tonton sebagai hiburan (tidak lebih).